OSTEOARTHRITIS pada LUTUT
1. Pengertian
OA adalah ‘sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya
gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo,
dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi (American Rheumatism
Association (ARA)).
Osteoarthritis atau
disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah suatu kelainan pada kartilago
(tulang rawan sendi ) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologis, dan
radiologis. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak meradang dan tidak ada
komponen sistemik (Slamet, 2000).
Predisposisi timbulnya OA : trauma, mekanik, hormon, metabolik, infeksi,
genetik.
Patofisiologi
(Brandt, 2001) :
– Komponen kartilago
normal tetapi beban >>
– Beban normal
tetapi komponen kartilago abnormal
– Pengikisan cartilago
awalnya pd 1 tempat di permukaan kmd menyebar (Schumacher, 1988)
2. Diagnosa OA lutut
a. Kriteria OA
menurut Altman, 1991 :
1. Nyeri lutut
beberapa hari sampai beberapa bulan
2. Krepitasi
3. Morning stiffness
< 30 menit
4. Umur > 38 th
5. Pembesaran tulang
6. Px Lab.: Leukocyt
PNM > 2.000/mm3
7. Px RO : osteofit
Dikatakan OA bila memenuhi kriteria 1 & 7, atau
1, 2, 3 dan 6
b. Kriteria OA
menurut American Rheumatism Association (Shumacher, 1988) :
1. Usia > 50 th
2. Morning stiffness
< 30 menit
3. Krepitasi
4. Nyeri tekan pada
tulang
5. Pembesaran tulang
6. Sekitar sendi
tidak teraba hangat
Positif OA bila memenuhi min. 3 kriteria.
c. Kriteria OA menurut Kellgren – Lawrence (Albar,
2004) :
1.. grade I, ragu-ragu, tanpa osteofit, permukaan sendi
normal
2. grade II, minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan
permukaan sendi menyempit asimetris
3. grade III, moderat, adanya osteofit moderat pada beberapa
tempat, permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral
4. grade IV, berat, ada osteofit yang besar, permukaan sendi
menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan
sendi.
3. Problematik
Fisioterapi
· Impairment :
adanya nyeri lutut baik berupa nyeri tekan maupun nyeri gerak sehingga
menimbulkan keterbatasan gerak fleksi/ekstensi lutut, serta penurunan kekuatan
otot karena kurangnya aktivitas gerak
· Funcional
limitation : aktivitas jongkok, duduk ke berdiri,
berjalan, dan naik turun tangga akan mengalami gangguan karena adanya nyeri
· Disability / Participation
Restriction: penderita tidak dapat beraktivitas di lingkungannya baik di
lingkungan sekitar maupun lingkungan kerja
4. Pengukuran
· Pengukuran nyeri : VAS (100mm)
· Pengukuran lingkar
segmen : pita
ukur
· Pengukuran LGS : ISOM
· Pengukuran nilai
kekuatan otot : MMT
· Pengukuran
kemampuan fungsional : skala Jette
5. Terapi
· TENS : mengurangi
sensitivitas ujung saraf dg cara menutup pintu nyeri
- High Frekuensi
TENS (100Hz) dapat meningkatkan tekanan ambang rangsang nyeri (Carol et all,
2012)
- Strong burst mode TENS
(3 Hz stimulasi dan 7 Hz istirahat) :pumping mechanism untuk
mengurangi bengkak dan kekakuan sendi (Grimmer, 1992)
· SWD (Jan M-H, Chai
H-M, Wang C-L, Lin Y-F & Tsai L-Y (2006)) :
- Posisi
px ; terlentang dengan lutut lurus
- Intensitas :
pasien merasa hangat
- Waktu :
20 menit (untuk setiap lutut)
- Frekuensi :
3 – 5 x/mg
- Durasi :
2-3 mg (10 sesi) : Ketebalan synovial berkurang 81% - 84% & penurunan
nyeri
- Durasi :
8 mg (30 sesi) : Ketebalan synovial berkurang 67% - 72% & penurunan
nyeri
· Flexibilitas otot
: static stretching (American geriatrics society(2001))
Awal : stretch sampai pasien merasa ada tahanan
otot, 1 strech group otot, tahan posisi 5-15 detik, frekuensi sehari sekali, goal : stretch
sampai full ROM, 3-5 strech group otot, tahan posisi 20-30 detik, frekuensi 3-5
kali/mg, selama 4 mg
· Strengthening
Quadricep
- Fisher dan
Pendergast : perbaikan fungsi kecepatan berjalan 50feet
- Lat. isotonik dan
lat. endurance : mineralisasi (+) (Setiyohadi, 2003)
· American College
of Sports & Medicine (American Geriatrics
Society, 2001) :
- Intensitas latihan
dimulai 40% dari 1 Repetition Maximum (RM)
- 1 RM adalah beban
maksimal yang dapat diangkat satu kali melewati sebuah LGS.
- Beban maksimal 80%
dari 1 RM.
- Latihan dilakukan
1-4 seri dan 1 seri dilakukan 6-8 kali pengulangan untuk menghindari kelelahan
otot.
- Frekuensi latihan
2-3 kali/mg
· Metode Holten
(Fedec, 2010) :
- Intensitas
90%-100% 1 RM, repetisi 1-4 kali, 1 set (3-6) pengulangan, istirahat 1-3 menit
diantara sesi, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg
· Metode Delorme
(arnheim & Prentice, 1993) :
- 10 reps
@ 50% of 10RM
- 10 reps
@ 75% of 10RM
- 10 reps @ 100% of
10RM
(delorme and oxford strengthening protocol)
· American geriatrics society (2001)
:
# Lat. Isometrik :
- Low-Moderate :
intensitas 40%-60% MCV, 1-10 submaximal
kontraksi group otot,tahan kontraksi 1-6 detik, frekuensi setiap hari
# Lat.isotonik :
(1) Low : intensitas 40% 1 RM, repetisi 10 – 15 kali, 1 set (4–6)
pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg
(2) Moderate : intensitas 40-60% 1 RM,
repetisi 8 – 10 kali, 1 set (4–6) pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4
mg
(3) High : intensitas > 60% 1 RM, repetisi 6 – 8 kali, 1 set (4–6)
pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg