Minggu, 09 Februari 2014

OSTEOARTHRITIS pada LUTUT

OSTEOARTHRITIS pada LUTUT
1.      Pengertian

OA adalah ‘sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi (American Rheumatism Association (ARA)).
Osteoarthritis atau disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi ) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologis, dan radiologis. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak meradang dan tidak ada komponen sistemik (Slamet, 2000).
Predisposisi timbulnya OA : trauma, mekanik, hormon, metabolik, infeksi, genetik.
Patofisiologi (Brandt, 2001) :
        Komponen kartilago normal tetapi beban >>
        Beban normal tetapi komponen kartilago abnormal
  Pengikisan cartilago awalnya pd 1 tempat di permukaan kmd menyebar (Schumacher, 1988)

2.    Diagnosa OA lutut

a.    Kriteria OA menurut Altman, 1991 :

1.     Nyeri lutut beberapa hari sampai beberapa bulan
2.    Krepitasi
3.    Morning stiffness < 30 menit
4.    Umur > 38 th
5.    Pembesaran tulang
6.    Px Lab.: Leukocyt PNM > 2.000/mm3
7.    Px RO : osteofit
Dikatakan OA bila memenuhi kriteria 1 & 7, atau 1, 2, 3 dan 6

b.    Kriteria OA menurut American Rheumatism Association (Shumacher, 1988) :

1.     Usia > 50 th
2.    Morning stiffness < 30 menit
3.    Krepitasi
4.    Nyeri tekan pada tulang
5.    Pembesaran tulang
6.    Sekitar sendi tidak teraba hangat
Positif OA bila memenuhi min. 3 kriteria.

c.       Kriteria OA menurut Kellgren – Lawrence (Albar, 2004) :

1..        grade I, ragu-ragu, tanpa osteofit, permukaan sendi normal
2. grade II, minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit asimetris
3. grade III, moderat, adanya osteofit moderat pada beberapa tempat, permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral
4. grade IV, berat, ada osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

3.    Problematik Fisioterapi

·         Impairment : adanya nyeri lutut baik berupa nyeri tekan maupun nyeri gerak sehingga menimbulkan keterbatasan gerak fleksi/ekstensi lutut, serta penurunan kekuatan otot karena kurangnya aktivitas gerak
·         Funcional limitation : aktivitas jongkok, duduk ke berdiri, berjalan, dan naik turun tangga akan mengalami gangguan karena adanya nyeri
·         Disability / Participation Restriction: penderita tidak dapat beraktivitas di lingkungannya baik di lingkungan sekitar maupun lingkungan kerja

4.    Pengukuran

·         Pengukuran nyeri : VAS (100mm)
·         Pengukuran lingkar segmen : pita ukur
·         Pengukuran LGS : ISOM
·         Pengukuran nilai kekuatan otot : MMT
·         Pengukuran kemampuan fungsional : skala Jette

5.    Terapi

·         TENS : mengurangi sensitivitas ujung saraf dg cara menutup pintu nyeri
-      High Frekuensi TENS (100Hz) dapat meningkatkan tekanan ambang rangsang nyeri (Carol et all, 2012)
-      Strong burst mode TENS (3 Hz stimulasi dan 7 Hz istirahat) :pumping mechanism untuk mengurangi bengkak dan kekakuan sendi (Grimmer, 1992)
·         SWD (Jan M-H, Chai H-M, Wang C-L, Lin Y-F & Tsai L-Y (2006)) :
-      Posisi px     ; terlentang dengan lutut lurus
-      Intensitas  : pasien merasa hangat
-      Waktu        : 20 menit (untuk setiap lutut)
-      Frekuensi   : 3 – 5 x/mg
-      Durasi        : 2-3 mg (10 sesi) : Ketebalan synovial berkurang 81% - 84% & penurunan nyeri
-      Durasi        : 8 mg (30 sesi) : Ketebalan synovial berkurang 67% - 72% & penurunan nyeri
·         Flexibilitas otot : static stretching (American geriatrics society(2001))
Awal : stretch sampai pasien merasa ada tahanan otot, 1 strech group otot, tahan posisi 5-15 detik, frekuensi sehari sekali, goal : stretch sampai full ROM, 3-5 strech group otot, tahan posisi 20-30 detik, frekuensi 3-5 kali/mg, selama 4 mg
·         Strengthening Quadricep
-      Fisher dan Pendergast : perbaikan fungsi kecepatan berjalan 50feet
-      Lat. isotonik dan lat. endurance : mineralisasi (+) (Setiyohadi, 2003)
·         American College of Sports & Medicine (American Geriatrics Society, 2001) :
-      Intensitas latihan dimulai 40% dari 1 Repetition Maximum (RM)
-      1 RM adalah beban maksimal yang dapat diangkat satu kali melewati sebuah LGS.
-      Beban maksimal 80% dari 1 RM.
-      Latihan dilakukan 1-4 seri dan 1 seri dilakukan 6-8 kali pengulangan untuk menghindari kelelahan otot.
-      Frekuensi latihan 2-3 kali/mg
 ·         Metode Holten (Fedec, 2010) :
-      Intensitas 90%-100% 1 RM, repetisi 1-4 kali, 1 set (3-6) pengulangan, istirahat 1-3 menit diantara sesi, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg
·         Metode Delorme (arnheim & Prentice, 1993) :
-      10 reps @   50% of 10RM
-      10 reps @   75% of 10RM
-      10 reps @ 100% of 10RM
(delorme and oxford strengthening protocol)
·         American geriatrics society (2001) :
# Lat. Isometrik :
-      Low-Moderate : intensitas 40%-60% MCV, 1-10 submaximal kontraksi group otot,tahan kontraksi 1-6 detik, frekuensi setiap hari
# Lat.isotonik :
(1)          Low : intensitas 40% 1 RM, repetisi 10 – 15 kali, 1 set (4–6) pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg
(2)         Moderate   : intensitas 40-60% 1 RM, repetisi 8 – 10 kali, 1 set (4–6) pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg
(3)         High : intensitas > 60% 1 RM, repetisi 6 – 8 kali, 1 set (4–6) pengulangan, frekuensi 2-3 kali/mg, selama 4 mg